Tuliskan Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah

Tuliskan Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah

Cucu Rasulullah SAW

Dari anak-anaknya, Rasulullah SAW dikaruniani beberapa cucu. Berikut adalah cucu-cucu Rasulullah Muhammad SAW yang perlu untuk sahabat ketahui.

Dari cucu Rasulullah ini, melahirkan generasi keturunan nabi hingga sekarang.

Itulah nama keluarga Rasulullah SAW yang perlu untuk sahabat ketahui. Perbanyak pengetahuan lainnya dengan bacaan dari blog Yatim Mandiri dan mengikuti program yang ada seperti sedekah dan zakat.

Rasulullah SAW memakai cincin semasa hidupnya. Beliau mengenakan cincin perak yang melingkar di jari kelingkingnya.

Cincin merupakan aksesoris yang kerap dikenakan oleh laki-laki maupun perempuan. Dalam ajaran Islam, memakai cincin termasuk hal yang diperbolehkan. Bahkan Rasulullah SAW juga memiliki cincin.

Mengutip buku Ensiklopedia Islam: Serba-Serbi Cincin dalam Islam oleh Hafidz Muftisany dijelaskan fenomena mengenakan cincin telah ada sebelum zaman Rasulullah SAW

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti riwayat dari Anas bin Malik yang mengatakan, "Cincin Rasulullah SAW terbuat dari perak dan batu (cincin) nya adalah batuHabasyi." (HR. Muslim dan Tirmidzi).

Dalam hadits Riwayat Muslim dikisahkan, cincin Rasulullah SAW bertuliskan Muhammad Rasul Allah. Model penulisannya dari bawah yang menempatkan nama Beliau SAW di bawah dan kalimat Allah berada di bagian atas.

Sepeninggal Rasulullah SAW, cincin itu kemudian dipakai oleh Umar bin Khattab yang selanjutnya diwariskan kepada Utsman bin Affan. Suatu ketika, Utsman menjatuhkannya di sebuah sumur dan hilang. Sumur itupun selanjutnya diberi nama sumur Khatam yang berarti sumur cincin.

Khatam dalam bahasa Arab sebenarnya dimaknai sebagai penutup. Biasanya, penutup sebuah surat adalah dengan legalisasi sebuah stempel. Orang Arab sering menyebut stempel dengan sebutankhatam.

Karena cincin Rasulullah SAW merupakan sebuah stempel, maka cincin juga disebut sebagai khatam.

Rasulullah SAW memakai cincin di jari kelingking tangan kanan beliau. Seperti riwayat dari Muhammad bin lshaq yang mengatakan, "Aku menyaksikan ash Shalt bin Abdullah bin Naufal bin Abdul Muthalib mengenakan cincin di jari kelingking kanan. Aku bertanya padanya,"Apa ini?" Dia menjawab, "Aku pernah melihat lbnu Abbas mengenakan cincinnya seperti ini dan menjadikan batu cincinnya di bagian luarnya." Dia mengatakan, "Tidaklah Ibnu Abbas meyakini hal itu, kecuali dia menyebutkan bahwa Rasulullah SAW mengenakan cincinnya seperti itu." (HR Abu Daud).

Ahli hadits mengatakan, hadis yang diriwayatkan Abu Daud tersebut merupakan hadits yang paling kuat di antara hadis lainnya yang bisa dijadikan hujah dalam hal cincin.

Para ulama menafsirkan, pemakaian cincin di tangan kanan karena memang tangan kanan dianggap lebih mulia dari tangan kiri. Sedangkan pemilihan jari kelingking agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari karena jari kelingking tidak terlalu signifikan penggunaannya.

Namun pada dasarnya, tak ada sunnah yang secara eksplisit yang mengharuskan pemakaian cincin di jari kelingking tangan kanan. Bisa saja di jari tangan manapun, sesuai keinginan masing-masing.

Beberapa riwayat menyebutkan, tidak disukai memakai cincin di jari telunjuk, jempol, dan jari tengah. Hal ini berdasarkan hadits dari Yahya bin Yahya yang mengatakan, Abu al-Ahwas meriwayatkan dari Aasim bin Kulaib dari Abu Burdah yang mengatakan, "Ali bin Abi Thalib berkata, Rasulullah SAW melarangku memakai cincin pada jari ini atau ini." Ali mengisyaratkan kepada jari tengah dan yang sebelahnya (telunjuk dan ibu jari). (HR Muslim).

Dipakai oleh Sahabat Rasulullah

Ibnu Umar berkata, "Rasulullah SAW membuat cincin dari perak, kemudian beliau memakai di jarinya. Setelah Beliau wafat, cincin itu dipakai Abu Bakar r.a., lalu Umar r.a. Setelah itu dipakai Utsman r.a. sampai kemudian terjatuh di sumur Aris. Pada cincin itu terukir kalimat 'Muhammad Rasulullah"

Sejatinya Rasulullah Saw lebih mengkhawatirkan umatnya bergelimangan kekayaan daripada kemiskinan, sampai-sampai beliau menyatakan: ”Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku takutkan akan menimpamu, namun yang aku takuti ketika dunia dihamparkan kepadamu.”(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)

Namun demikian, beliau juga memahami bila kefakiran dapatlah menyebabkan kekufuran. Oleh karena itu beliau berlindung dari kefakiran dalam doanya: ”Ya Allah saya berlindung kepadamu dari kekafiran dan kemiskinan.” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban)

Karena kepekaan beliau kepada krisis kefakiran dan dampaknya pada kelemahan, hati beliau bergerak kepada orang-orang fakir. Meskipun beliau sendiri hidup sebagai bagian dari mereka. Aisyah berkata: “Keluarga Muhammad Saw tidak pernah kenyang dengan makanan lebih dari tiga hari hingga Beliau Saw berpulang ke Rahmatullah.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Ibnu Hibban]

Kepada kaum fakir miskin Rasulullah berusaha untuk memberi apa yang beliau punyai. Bila beliau tidak punya sesuatu, beliau tetap berusaha untuk memberi solusi atas permasalahan yang menimpa walaupun harus meminta kepada para shahabatnya. Yang jelas, beliau tidak pernah meninggalkan seorang fakir tanpa pertolonganpun.

Abu Hurairah bercerita, “Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah Saw dan berkata, ‘Saya dalam kesulitan.’ Rasulullah menyuruhnya untuk menemui istri-istri beliau. Sang istri berkata, ‘Demi yang mengutusmu dengan kebenaran wahai Rasulullah, saya tidak punya apa-apa selain air.’ Beliau menyuruh untuk menemui istri beliau yang lain dan jawabannya tetap sama. Seluruh istri beliau menjawab dengan jawaban yang sama, ‘Demi yang mengutusmu dengan kebenaran wahai Rasulullah, saya tidak punya apa-apa selain air.’

Walaupun beliau berada dalam kesusahan dan sangat membutuhkan namun beliau selamanya tidak pernah berhenti melakukannya.

Sahal bin Sa’ad bercerita, “Seorang perempuan datang kepada Rasulullah dengan sebuah selimut yang sudah ditenun. Beliau bertanya, ‘Tahukah kamu selimut apa ini?’ Mereka menjawab, ‘Iya, ini adalah jenis selimut syamlah.’ Rasulullah Saw bersabda, ‘Iya benar.’ Perempuan ini berkata, ‘Aku menenunnya untuk engkau pakai, wahai Rasulullah.’ Rasulullah mengambilnya seakan beliau memerlukannya. Beliau keluar kepada kami dan menjadikan burdah itu sebagai sarungnya. Seorang laki-laki memujinya dan berkata, ‘Berikanlah kepadaku, alangkah bagusnya!’ Orang-orang berkata, ‘Engkau tidak boleh begitu. Burdah itu dipakai oleh Nabi dan beliau membutuhkannya. Engkau malah memintanya dan engkau tahu bahwa beliau tidak menolak permintaan.’ Laki-laki ini berkata, ‘Demi Allah, saya tidak memintanya untuk saya pakai. Saya memintanya semata-mata agar ia bisa menjadi kain kafan saya’.” “Dan akhirnya kain itu dijadikan sabagai kafannya,” sambung Sahal. (HR. Bukhari, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad)

Anas bin Malik menuturkan bahwa seorang laki-laki dari kaum Anshar datang meminta-minta kepada Nabi. Beliau bersabda, “Apakah di rumahmu ada sesuatu?, Ada wahai Rasulullah,” jawabnya, ”Saya punya alas pelana yang saya gunakan dan satu lagi saya hamparkan.”

“Coba bawa ke sini”, sabda Rasulullah. Laki-laki ini kemudian membawa dua barang tersebut kepada Rasulullah. Rasullah Saw mengambilnya dan bersabda, “Siapa yang mau membeli ini?” Seorang laki-laki berkata, “Saya mau mengambilnya dengan harga satu dirham.” Beliau bersabda lagi, “Adakah yang mau mengambilnya lebih dari satu dirham. Dengan dua atau tiga dirham begitu.” Maka berkatalah seorang laki-laki yang lain, “Saya mengambilnya dengan dua dirham.” Beliau memberikan barang tersebut kepadanya lalu mengambil uang dua dirham tadi dan menyerahkannya kepada orang Anshar ini. Beliau Saw bersabda, “Belilah makanan dengan satu dirham dan berikan kepada keluargamu. Sementara satu dirham sisanya belikan kapak dan bawa ke sini.” Sejurus kemudian orang Anshar ini datang kepada Rasulullah dengan membawa kapak. Rasulullah membuatkan gagang kapak tersebut dan bersabda, “Pergilah. Carilah kayu bakar dan jual. Aku tidak ingin melihatmu lima belas hari ke depan.”

Maka pergilah orang ini mencari kayu bakar dan menjualnya. Kemudian kembali kepada Rasulullah dan telah memperoleh sepuluh dirham. Sebagiannya dibelikan baju dan sebagian lainnya dibelikan makanan. Rasulullah bersabda kepadanya: “Ini lebih baik bagimu daripada nanti pada hari kiamat akan ada tanda di wajahmu akibat meminta-minta. Sesungguhnya meminta-minta itu tidak baik kecuali kepada tiga orang: orang yang sangat fakir, orang yang banyak utang, atau orang yang memiliki tanggungan membayar diyat (denda sebagai ganti qishash).” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah)

Jelaslah kasih sayang Rasulullah Saw kepada orang fakir adalah kasih sayang yang bermanfaat dan mendorong kepada kebaikan. Tujuannya adalah untuk membahagiakan mereka dengan kebahagiaan yang sebenarnya, tanpa ada kepalsuan. Kasih sayang yang tidak sekadar mencukupi mereka semata, tapi juga mengajari mereka, mengangkat kepercayaan diri dan membawa mereka sukses dunia-akhirat. Satu kesatuan yang menakjubkan. Hal ini tidak akan kita dapati di dunia ini melainkan pada seorang Nabi. Wallahu a’lam bissawab.

(SR/Raghib As-Sirjani/Islamstory)

Semasa hidupnya, Nabi Muhammad SAW dikaruniai tujuh orang anak oleh Allah SWT. Ketujuh anak ini berasal dari dua istrinya, yakni istri pertama Khadijah, yang memberikan enam orang anak dan Mariyah, istri terakhirnya, yang memberikan satu orang anak.

Meski demikian, tidak semua putra dan putri Nabi Muhammad tumbuh hingga usia dewasa. Diantaranya ada yang meninggal di usia muda, bahkan masih bayi.

Berikut putra dan putri Nabi Muhammad SAW merangkum berbagai sumber.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rasulullah SAW memiliki tiga orang putra, dari Siti Khadijah dan Mariyah.

Al Qasim adalah putra pertama Nabi Muhammad dari Siti Khadijah. Qasim dilahirkan di Mekah sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi utusan Allah SWT.

Usia Qasim terbilang pendek. Berbagai literatur menyebutnya meninggal dunia di usia dua tahun.

Kisah kematian putra sulung Rasulullah ini juga diriwayatkan dalam Al-Qur'an surat Al Kautsar.

Abdullah dikenal dengan nama at-Thayyib, yang artinya 'yang baik' dan at-Thahir yang berarti 'yang suci'.

Bukan tanpa alasan sebutan ini diberikan. Pasalnya, Abdullah lahir dalam keadaan sudah Islam.

Abdullah adalah putra Rasulullah yang lahir dari Khadijah. Dia lahir di Bi'tsah setelah Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul.

Tak berbeda dengan kakaknya, Abdullah juga wafat dalam usia muda ketika masih anak-anak.

Ibrahim adalah putra bungsu Nabi Muhammad yang dilahirkan oleh Mariyah.

Nasib Ibrahim tidak berbeda dengan kedua kakak laki-lakinya. Sekitar 17 atau 18 bulan setelah dilahirkan, Ibrahim meninggal dunia di Madinah.

Simak putra dan putri Nabi Muhammad SAW di halaman berikutnya..

Dari pernikahannya dengan Siti Khadijah, Nabi Muhammad SAW dikaruniani empat orang putri.

Zainab adalah putri pertama Nabi Muhammad dari Siti Khadijah. Setelah dewasa, Zainab menikah dengan Abu Al-Ash bin Rabi‟ bin Abdul Uzza bin Abdul Syams yang merupakan sepupunya sendiri.

Zainab menikah sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul.

Ketika Nabi Muhammad telah resmi menjadi Rasul, Zainab masuk Islam mengikuti jejak seluruh keluarganya. Namun, sang suami tetap memeluk agama jahiliyah sehingga Zainab tidak ikut hijrah ke Madinah bersama ayah dan saudari-saudarinya.

Tidak berapa lama, Zainab hijrah dari Mekah ke Madinah yang kemudian diikuti suaminya yang langsung memeluk Islam. Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebab Zainab meninggal dunia di tahun ke-8 Hijriah.

BIODATA RASULULLAH SAW, JUNJUNGAN BESAR NABI MUHAMMAD SAW

USIA 9 TAHUN (Setengah riwayat mengatakan pada usia 12 tahun).

RINGKASAN BIODATA RASULULLAH SAW (INFOGRAFIK JAKIM)

Berukir Kata Muhammad Rasulullah

Anas ibn Malik berkata, "Ukiran yang tertera di cincin Rasulullah SAW adalah 'Muhammad' satu baris, 'Rasul' satu baris, dan 'Allah' satu baris."

Dalam riwayat lain disebutkan, "Bahwasanya Nabi SAW sewaktu menulis surat kepada Kisra (penguasa Persia), Kaisar (penguasa Romawi di Syiria), dan Najasyi (raja Abessinia), seseorang berkata kepada beliau, 'Sesungguhnya mereka tidak akan menerima surat tuan kecuali apabila dicap.

Kemudian Rasulullah SAW membuat sebuah cincin yang lingkarannya terbuat dari perak dan diukir kalimat 'Muhamnad Rasullullah'. Terbayanglah di benakku putihnya cincin itu di tangan Rasulullah SAW."

Ibnu Umar r.a. berkata, "Sesungguhnya Nabi SAW membuat cincin dari perak. Ia memakai dengan cara bagian matanya berada pada telapak tangan. Beliau mengukir mata cincin itu kalimat 'Muhammad Rasulullah' dan beliau melarang orang lain mengukir tulisan itu di atas cincin.

Kenali Nabi Muhammad SAW Secara Lahiriah

Begitu indahnya sifat fizikal Baginda, sehinggakan seorang ulama Yahudi yang pada pertama kalinya bersua muka dengan Baginda lantas melafazkan keIslaman dan mengaku akan kebenaran apa yang disampaikan oleh Baginda.

Di antara kata-kata apresiasi para sahabat ialah:

Nabi Muhammad sa.w adalah manusia agung yang ideal dan sebaik-baik contoh sepanjang zaman.

Baginda adalah semulia-mulia insan di dunia.

Sumber : Bahagian Dakwah, Jakim

Apakah sahabat sudah mengenal nama-nama keluarga Rasulullah SAW? Berikut ini adalah beberapa nama dari keluarga Rasulullah untuk diketahui

Kenapa perlu untuk mengetahui nama keluarga Rasulullah SAW? Keluarga Rasulullah SAW merupakan keluarga yang mulia dan menjadi teladan bagi umat Islam.

Kehidupan mereka dipenuhi dengan kebajikan dan pengorbanan untuk menyebarkan agama Islam.

Mengenal lebih dalam tentang keluarga Rasulullah SAW tidak hanya menambah wawasan kita, tetapi juga menginspirasi untuk meneladani kehidupan mereka dalam keseharian kita.

Terbuat dari Perak

Anas bin Malik r.a. berkata, "Cincin Rasulullah SAW terbuat dari perak. Sedangkan permatanya dari Abessinia."

Anas juga berkata, "Cincin Nabi SAW terbuat dari perak. Mata cincin itu pun terbuat dari perak."

Albani berkata, "Dhamir minhu kembali ke khatam (cincin), kata min untuk menunjukkan bagian dari. Maksudnya adalah mata cincin itu adalah bagian dari cincin. Boleh jadi mata cincin Nabi SAW berbentuk segi empat sehingga dapat diukir.

Secara zháhir, hadits ini bertentangan dengan hadits yang sebelumnya, mata cincinnya dari Abessinia". Menurut al-Hafizh, bisa jadi kehindahan atau warnanya bercorak Abessinia. Wallahu alam.

Nama Keluarga Rasulullah SAW

Berikut ini adalah beberapa nama keluarga Rasulullah yang perlu untuk sahabat ketahui.

Anak Rasulullah SAW

Rasulullah Muhammad SAW memiliki tujuh anak dari istri-istri beliau. Berikut ini adalah nama anak Rasulullah SAW.

Orang Tua Nabi Muhammad SAW

Nama orang tua dari nabi muhammad SAW adalah:

Ayah dari Nabi Muhammad SAW adalah Abdullah bin Abdul Muthalib. Beliau berasal dari Bani Hasyim, salah satu suku yang paling dihormati di kalangan Quraisy.

Abdullah dikenal sebagai seorang pemuda yang memiliki karakter mulia, tampan, dan berbudi luhur.

Meskipun tidak hidup lama untuk melihat putranya tumbuh besar, peran Abdullah dalam sejarah Islam tetap penting.

Beliau meninggal dunia dalam usia muda saat sedang dalam perjalanan dagang di Madinah, beberapa bulan sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Aminah binti Wahab adalah ibu dari Nabi Muhammad SAW. Beliau berasal dari Bani Zuhrah, yang juga termasuk dalam suku Quraisy.

Aminah dikenal sebagai wanita yang mulia, cerdas, dan penuh kasih sayang.

Sejak mengandung Nabi Muhammad SAW, Aminah mengalami berbagai keajaiban yang menjadi tanda-tanda kebesaran putranya kelak.

Setelah melahirkan Nabi Muhammad SAW, Aminah merawat dan membesarkan beliau dengan penuh kasih, meskipun masa-masa itu tidak berlangsung lama.

Ketika Nabi Muhammad SAW berusia sekitar enam tahun, Aminah wafat dalam perjalanan kembali dari Madinah ke Makkah.

Istri Rasulullah SAW

Berikut ini adalah nama istri dan keluarga Rasulullah SAW.

Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW dan merupakan wanita yang sangat berpengaruh dalam hidup beliau.

Sebelum menikah dengan Nabi, Khadijah adalah seorang janda yang sukses dalam bisnis perdagangan.

Beliau wafat pada usia 65 tahun, ketika Nabi berusia 50 tahun. Kematian Khadijah meninggalkan duka yang mendalam bagi Nabi Muhammad SAW, dan tahun tersebut dikenal sebagai “Tahun Kesedihan.”

Saudah adalah istri kedua Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah seorang janda yang suaminya, Sakran bin Amru, meninggal dunia.

Setelah kematian Khadijah, Saudah dinikahi oleh Nabi untuk memberikan dukungan dan kenyamanan bagi beliau.

Aisyah adalah istri ketiga Nabi Muhammad SAW dan merupakan putri dari sahabat terdekat Nabi, Abu Bakr Ash-Shiddiq.

Aisyah dinikahi oleh Nabi dalam usia muda dan dikenal sebagai salah satu istri yang paling cerdas dan berpengetahuan luas.

Hafshah adalah putri dari Umar bin Khattab, salah satu sahabat dekat Nabi dan khalifah kedua dalam Islam.

Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad SAW, Hafshah adalah janda dari Khunais bin Hudhafah yang gugur dalam Perang Badar.

Zainab binti Jahsy adalah sepupu Nabi Muhammad SAW dan salah satu istri yang pernikahannya diperintahkan oleh Allah SWT langsung melalui wahyu.

Sebelum menikah dengan Nabi, Zainab adalah istri dari Zaid bin Haritsah, anak angkat Nabi.

Ummu Salamah adalah seorang janda yang memiliki empat anak ketika menikah dengan Nabi Muhammad SAW. Beliau sebelumnya menikah dengan Abu Salamah, yang meninggal dalam salah satu pertempuran.

Ummu Habibah adalah putri dari Abu Sufyan, seorang pemimpin Quraisy yang awalnya menentang Islam sebelum akhirnya memeluk agama ini. Sebelumnya, Ummu Habibah menikah dengan Ubaidillah bin Jahsy yang meninggal dalam keadaan murtad di Ethiopia.

Zainab binti Khuzaimah adalah istri Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan julukan “Ummul Masakin” (Ibu dari Orang-orang Miskin) karena kemurahan hatinya dan kepeduliannya terhadap orang-orang yang membutuhkan.

Juwairiyah binti Al-Harith adalah putri dari kepala suku Bani Mustaliq yang ditawan dalam sebuah pertempuran.

Setelah Nabi Muhammad SAW menikahi Juwairiyah, beliau membebaskan 100 orang tawanan dari sukunya sebagai bentuk penghormatan

Shafiyah adalah putri dari Huyai bin Akhtab, pemimpin suku Bani Nadir yang merupakan keturunan Yahudi. Shafiyah ditawan dalam Perang Khaibar dan kemudian dinikahi oleh Nabi Muhammad SAW.

Mariyah binti Syam’un dan Raihanah binti Zaid adalah istri-istri Nabi Muhammad SAW yang berasal dari latar belakang budak.

Keduanya dikenal karena kesetiaan dan peran mereka dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah.